Thursday, December 20, 2012

Lamaknyo Sate Danguang-Danguang


Odilia Winneke - detikFood Jakarta - Salah satu jenis sate di Sumatera Barat ini tak banyak penjualnya. Irisan daging sapinya kecil berselimut bumbu yang renyah. Panas mengepul, dicocol dengan kuah kentalnya yang kekuningan rasanya main dahsyat. Rasa panas di mulutpun ditumpas dengan segelas es tebak! Onde mande lamaknyo!

Tak ada yang bisa dikerjakan di malam hari saat berada di kota Padang kecuali berkeliling kota. Menikmai semilir angin di jembatan Sitti Nurbaya yang ramai dan padat. Aroma jagung bakarpun tercium lamat-lamat. Atau menikmati seafood di daerah Muara sambil menikmati semilir angin laut.

Simpang Kinol, daerah di tengah kota Padang ini saat malam hari dipenuhi penjual makanan dalam warung-warung tenda. Ada sate kacang, sate ayam, nasi goreng, martabak dan juga soto. Hmm..aroma wangi bawang dan telurpun tercium bersama semilir angin saat melintasi kawasan yang ramai ini.

Kawasan ini juga disebut kampung cina dan nama Kinol diambil dari nama apotik yang ternama di kawasan ini pada masa lalu. Saya memutuskan untuk mengikuti aroma wangi di warung tenda nasi goreng dan martabak yang padat.

Seporsi nasi goreng (Rp.10.000,00) dan bakmi goreng (Rp. 10.000,00) yang saya pesan tak perlu waktu lama untuk disajikan. Pasalnya, nasi goreng ternyata sudah digoreng dan ditaruh dalam termos nasi. Ini mungkin untuk mengantisipasi jumlah pengunjung yang banyak. Nasi goreng dilengkapi dengan kerupuk.

Rasanya tak seheboh aromanya. Gurih sedikit pedas tak ada yang istimewa. Jauh lebih lumayan rasa bakmi goreng yang lebihgurih kuat karena dibalut telur dadar. Gurih wangi dan terasa lebih enak saat disupa dengan acar.

Martabak yang banyak dipesan pengunjung pun akhirnya menggoda saya untuk ikut memesan. Menunggu sedikit lama akhirnya martabak berbentuk segi empat, dipotong-potong, disajikan panas mengepul. Kulitnya tak terlalu 'crunchy' atau renyah, sedikit liat, dan isian daging sapipun tidak terlalu tebal.

Karena kurang puas dengan sajian martabak dan nasi goreng akhirnya sayapun mampir ke warung tenda yang mengepulkan aroma wangi sate. Ya, sate danguang-danguang khas Payakumbuh. Seperti ditulis di spanduknya. Di warung ini dijual sate khas dari Payakumbuh. Hmm... apa ya bedanya dengan sate Mak Syukur dan sate Pariaman?

Rasa penasaran saya terbayar saat seporsi sate danguang-danguang (Rp. 8.000,00) yang disajikan di atas potongan ketupat dan disiram kuah kuning kental hadir di depan saya. Wah, tercium aroma kapulaga yang wangi menusuk hidung, bergantian dengan aroma kunyit dan merica.

Gigitan pertama langsung terasa gurih kenyal, agaknya sate ini dibalut dengan bumbu yang royal dan remahan kelapa yang renyah gurih. Sementara kuahnya kental kekuningan, mirip kuah sate Mak Syukur, hanya saja lebih garang rasa dan aromanya.

Lama kelamaan mulut dan tenggorokan terasa hangat sedikit panas karena rempah yang melimpah dalam racikan sate Payakumbuh ini. Untung saja, di sisi warung ini ada gerobak es tebak. Es campur khas Padang ini memang pas jadi penumpas rasa gurih di mulut.

Isinya komplet. Adonan tepung beras yang dibentuk silender panjang, dipadu dengan cincau, potongan agar-agar warna-warni dan diberi timbunan es serut, sirop merah dan susu kental manis. Manis segar dan sedikit kenyal. Hmm.. puas rasanya jalan-jalan santai di Simpang Kinol ini. Apalagi harga makanan tak terlalu mahal.

Sate Danguang-Danguang Payakumbuh

Simpang Kinol (Kampung Cina)

Padang

(odi/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.

1 comment:

  1. sate padang emang paling enak, belum ada tandingannya,,pokoknya mantap banget.Sate Danguang Payakumbuh

    ReplyDelete