Tuesday, December 11, 2012

Pribadi yang Suka Tantangan Lebih Suka Rasa Pedas?


Fitria Rahmadianti - detikFood Jakarta - Banyak orang Indonesia menyukai pedas. Makanan yang mengandung capsaicin ini tak hanya membakar lidah, namun membuat nafsu makan bertambah. Ternyata, fanatisme seseorang terhadap rasa pedas lebih berkaitan dengan kepribadiannya, bukan karena indra perasanya.

Peneliti dari Pennsylvania State University menemukan bahwa kecintaan terhadap cabai terkait dengan pencarian sensasi dan reward. Jadi, seseorang menyukai pedas bukan karena lidahnya semakin tak peka terhadap rasa membakar yang dihasilkan cabai.

Tadinya, para peneliti mengharapkan riset ini sekadar menunjukkan berkurangnya respon terhadap rasa membakar dari capsaicin. Namun, "Temuan ini malah mendukung hipotesis bahwa perbedaan kepribadian mempengaruhi kesukaan dan asupan terhadap makanan pedas," tulis peneliti dalam jurnal Food Quality and Preference.

Selama ini, para peneliti selalu menganggap bahwa kegemaran makan cabai mendorong konsumsi. Dengan kata lain, kita makan apa yang kita suka, dan kita menyukai apa yang kita makan. "Namun tak pernah ada yang mengaitkan langsung sifat mencari sensasi dengan asupan cabai," kata Profesor John Hayes, penulis studi ini.

Peneliti menguji hampir 100 orang sukarelawan. Partisipan diminta memasukkan sampel cair capsaicin ke dalam mulut selama tiga detik sebelum membuangnya. Selanjutnya, mereka diminta memberi peringkat terhadap sensasi membakar yang dihasilkan capsaicin tadi.

Di kuesioner yang berbeda, mereka juga diajak menilai kesukaan mereka terhadap beragam makanan. "Kami menyebutnya kuesioner sensitivitas terhadap hukuman (perilaku menghindar) dan sensitivitas terhadap reward (hal yang dicari)," ucap Hayes, seperti dilansir situs CBC News (03/12/12).

Riset terdahulu sudah menyebutkan bahwa kegemaran terhadap makanan pedas bukan hanya soal lidah yang semakin tidak peka. Namun, studi terbaru ini semakin menguatkan bahwa terdapat hubungan antara kegandrungan terhadap cabai dengan sensitivitas terhadap reward.

"Terjadi semacam perubahan afektif yakni Anda belajar menyukai rasa membakar tersebut," jelas Hayes. Tak heran, banyak orang yang berani menantang diri untuk menyantap makanan dengan tingkat kepedasan paling tinggi. Rupanya, hal ini memuaskan keinginan mereka terhadap sensasi pedas dan memberi kesenangan bagi mereka.

Temuan ini diharapkan dapat membuat kita memahami preferensi makanan yang berbeda pada tiap individu. Bahkan, implikasinya juga bisa memudahkan ahli diet dalam menyusun rencana pola makan sehat bagi individu, sesuai dengan profil genetika iritasi oral dan preferensi makanannya.

(fit/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.

No comments:

Post a Comment