Deani Sekar Hapsari - detikFood Jakarta - Kejahat seksual banyak dilakukan lewat pil yang dilarutkan dalam minuman. Setelah diminum oleh si korban, iapun tak sadarkan diri. Karenanya banyak orang takut saat berada di bar, atau klub malam dan menerima minuman dari orang asing.
Biasanya pil tersebut larut ke dalam minuman, tidak ada tanda-tanda yang mecurigakan karena tidak mengandung bau dan rasa yang menyengat. Orang bisa berhati-hati dengan tidak meninggalkan minuman sembarangan, tetapi hampir tidak mungkin untuk mengawasi minuman sepanjang malam.
Sebuah solusi ditawarkan oleh produk bernama DrinkSavvy yang diciptakan oleh Mike Abramson. Mike dan teman-teman baiknya pernah dilecehkan setelah mengonsumsi minuman yang ternyata diberi obat terlarang. Dengan produk ini ia berharap dapat mengurangi angka pelecehan seksual yang memakai obat-obatan.
Dengan bantuan Dr. John MacDonald, Profesor kimia di Worcester Polytechnic Institute dan Contract Researching Organizations, DrinkSavvy mengembangkan sebuah material yang akan berubah warna untuk memperingatkan jika ada obat terlarang telah dicampurkan ke dalam minuman Anda, kata Mike Abramson lewat video yang diunggah di Youtube (06/12/2012).
Produk yang dijual mulai dari sedotan dan pengaduk minuman, gelas plastik, sampai gelas kaca. Dengan produk ini berarti pengawasan terus-menerus terhadap minuman bisa dilakukan secara diam-diam dan tanpa repot. Karena jika minuman tersebut diberi obat terlarang, sedotan akan berubah menjadi merah. Sedangkan gelas kaca dan plastik akan menunjukkan garis-garis merah.
Saat ini DrinkSavvy sedang menggalang dana untuk mengembangkan produk mereka secara lengkap. Tujuan utama mereka untuk menggunakan kesuksesan kampanye mereka untuk meyakinkan bar, klub, dan perguruan tinggi agar menjadikan DrinkSavvy sebagai standar keamanan baru.
Dikabarkan oleh Food Beast (06/12/2012) DrinkSavvy ingin mengembangkan produk mereka untuk dijual online dengan harga mulai Rp 96.250,00.
(dyh/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.
No comments:
Post a Comment