Tuesday, August 28, 2012

Ketagihan Sambal Ganja dan Ikan Kayu


Odilia Winneke - detikFood Jakarta - Racikan bumbu dari serambi Mekkah ini memang bikin ketagihan. Sambalnya asam segar gurih, ikan kayu pun diolah dengan lumuran bumbu cabai yang royal. Daun temurui yang berlimpah pun membuat ayam tangkap jadi makin wangi aromanya. Hmm..sedap nian diadu dengan suapan nasi putih!

Satu dua kali saya mencicipi masakan Aceh. Terus terang yang teringat kuat adalah mi Aceh yang berbumbu mlekoh dengan topping kepiting yang royal. Maklum saja sajian yang satu ini sudah banyak dijajakan di warung-warung makan. Porsinya besar, rasanya pedas gurih dan membuat wajah bercucuran keringat karena nikmatnya.

Siang itu saya justru ingin mampir ke rumah makan Seulawah di kawasan Bendungan Hilir, sekedar ingin makan nikmat gaya Aceh. Rumah makan ini sederhana, menempati bangunan ruko yang di sisi kiri dan kanannya dipadati penjaja makanan lainnya.

Karena hari Jumat otomatis yang terbayang adalah nasi biryani yang wangi andalan rumah makan ini. Namun, saya harus kecewa, karena begitu saya memesan, mangkuk terakhir nasi biryani sudah disuguhkan ke pembeli. Tetapi saya tetap menghibur diri dengan aneka lauk yang ditata di lemari kaca yang ada di bagian depan rumah makan. Lamat-lamat tercium aroma wangi martabak yang sedang dimasak di bagian luar.

Setelah bingung memilih karena banyak yang ingin saya ciipi, ya kari kambingnya yang sedap, roti jala, roti cane dan rujak Aceh. Akhirnya pilihan saya jatuh ke menu favorit yang pernah saya cicipi dulu. Kuah Pliu, Ikan Kayu, ayam tangkap plus sambal ganja plus nasi putih.

Seperti rumah makan Minang, lauk pun segera disajikan dalam mangkuk dan piring. Kuah Pliu disajikan melimpah dalam piring cekung. Kuahnya berwarna kehijauan dengan beragam jenis daun. Ada daun pakis, potongan labu siam dan saat saya cicipi kuah santannya terasa gurih enak dengan semburat rasa asam. Ini mungkin karena asam sunti yang dimasukkan dalam bumbu. Gulai khas Aceh ini memang ternama karena rasa gurih dan pedas rempahnya yang kuat.

Ikan kayu merupakan ikan tongkol yang dikeringkan hingga keras. Mirip cakalang fufunya orang Manado. Warna cokelat kemerahan melumuri potongan kecil daging ikan. Rasanya pedas, gurih dengan rasa keras renyah daging ikan kayu. Makin enak saat diaduk dengan nasi putih hangat. Lama kelamaan rasanya pedas juga!

Saat menikmati ikan kayu ini, sayapun mencoba memadukan dengan sambal ganja. Hmm..sambal yang berupa potongan udang rebus dengan bawang merah, cabai hijau dan belimbing sayur ini memang rasanya gurih, asam dan segar! Mungkin karena sering bikin orang ketagihan disebut sambal ganja. Padahal nama sebenarnya Sambal Asam Udang. Karena saya juga tak melacak aroma kaskas, bumbu yang berupa biji ganja (poppy seed) yang kadang dicampurkan dalam rempah Aceh..

Pesanan yang terakhir disajikan adalah ayam tangkap yang disebut juga ayam tsunami. Aroma wangi daun kari langsung menusuk hidung. Sajian ini sebenarnya sederhana. Ayam kampung yang dipotong kecil (berikut tulang), dibumbui dan digoreng. Yang istimewa justru paduannya yang berupa daun jeruk, daun pandan,s erai dan daun kari atau temurui yang berlimpah yang digoreng kering. Karena itu aroma ayam goreng yang tampilannya mirip sampah ini sangat wangi!. Daging ayam kampungnya juga gurih dan empuk.

Ayam tangkap yang gurih ini pun saya tuntaskan dengan sambal hijau yang berupa sambal cabai hijau keriting dengan campuran bawang dan air jeruk sehingga rasanya asam gurih pedas! Saat beradu dengan ayam yang gurih rasanya makin enak saja!

Kalau taj kepedasan saya pasti akan memesan rujak Aceh yang memakai rumbia, yang mirip salak dengan rasa asam yang unik. Hampir titik ait liur saya membayangkan campuran buah dengan bumbu rujak yang sedap ini. Sayang perut saya sudah mulai sesak sehingga rasa pedas gurih di mulut saya bilas dengan timphan.

Timphan ini memang jajan pasar Aceh favorit saya. Tampilannya mirip kue pisang, dibungkus daun pisang muda, berbentuk panjang sekitar 10 cm dan lebar sekitar 4 cm dan dikukus. Adonannya terbuat dari tepung ketan dan pisang halus sedangkan isinya kelapa muda parut yang diaduk dengan gula dan telur. Timphan rumah makan ini memang terkenal enak. Lembut mulur dengan isian yang tidak terlalu manis dan yang saya suka, selalu memakai daun pisang muda yang cantik dan wangi!

Untuk mencicipi kuliner Aceh yang sedap, harga lauknya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan kelezatannya. Ayam Tangkap seporsi dihargai Rp. 30.000,00, Kuah Pliu dan ikan kayu Rp, 15.000,00, sambal udang Rp. 7.000,00 dan timphan Rp. 2.000,00 sebuah.

Karena saya belum berhasil makan nasi briyani dan rujak Aceh, rasanya di suatu hari Jumat saya harus kembali lagi ke rumah makan ini. Kembali mengulangi kenikmatan kuliner tanah rencong!

Rumah Makan 'Seulawah'

Jl. Bendungan Hilir Raya No. 8

(depan RS AL Mintihardjo)

Jakarta Pusat

Telpon : 021- 57086660

Jam buka: 11.00-21.00

(odi/odi) Punya makanan favorit saat Ramadan & Lebaran? Ceritakan dengan menarik & lengkap di sini . Raih Grand Prize Mixer Kitchen Aid untuk cerita yang paling banyak di LIKE.

No comments:

Post a Comment