Tuesday, September 25, 2012

Comfort Food, Makanan Yang Bikin Nyaman dan Kangen


Fitria Rahmadianti - detikFood Jakarta - Banyak orang mengatakan bahwa masakan ibu paling enak. Sebenarnya, terlepas apakah memang citarasanya istimewa, makanan ini memiliki nilai sentimentil. Karena itulah, hidangan buatan ibu tergolong sebagai comfort food.

Menurut kamus Merriam-Webster, comfort food adalah makanan yang diolah dengan cara tradisional dan memiliki daya tarik nostalgia atau sentimentil. Sementara itu, kamus Oxford menyebutkan bahwa comfort food adalah makanan yang memberikan penghiburan atau perasaan nyaman. Santapan ini dikaitkan dengan sajian di masa kecil atau makanan rumahan. Biasanya hidangan ini tinggi gula atau karbohidrat.

Comfort food juga termasuk makanan yang mudah disantap dan dicerna seperti bubur atau sup ayam. Meski ada beberapa hidangan yang tergolong comfort food secara umum, hal ini bisa berbeda bagi tiap individu.

Anneli Rufus, penulis dan kontributor tetap Psychology Today, memaparkan tentang comfort food di Gilt Taste Juni tahun lalu. Menurutnya, ketika kita makan, mata, tangan, dan mulut memulai rantai komando. Selanjutnya otak pun bekerja.

Gula dan tepung memacu serotonin, neurotransmitter yang meningkatkan perasaan nyaman. Sementara itu, makanan asin mendorong oxytocin, hormon yang juga dipicu oleh pelukan dan orgasme. Lemakpun menjadi penawar ketakutan akan kelaparan.

Otak juga menghubungkan emosi, ingatan, dan rangsang sensorik. Misalnya, karena pizza sering terlibat dalam perayaan kemenangan tim atau ulang tahun, otak menganggapnya sebagai hadiah meski Anda tak merayakan apa-apa. Otak mengaitkan pengalaman menyenangkan dengan rasa, aroma, dan tekstur tertentu, lalu menafsirkannya sebagai pertanda kebahagiaan.

Satu faktor lagi yang menyebabkan comfort food bagi setiap orang berbeda, yakni keamanan, ganjaran, dan keterhubungan. Misalnya, si penyendiri merasa tak nyaman dengan menu keluarga yang biasa disantap bersama-sama.

Makanan juga sering menjadi pelarian ketika kita merasa terancam, tak dianggap, atau kesepian. Psikolog menyebut comfort food sebagai social surrogate atau 'teman' yang tak pernah mengecewakan. Menyantap comfort food terasa menenangkan seperti memakai pakaian favorit atau menonton acara TV kesukaan kita.

"Comfort food mengingatkan akan mereka yang mencintai kita, berbicara atau berpenampilan seperti kita, bahkan mengingatkan siapa kita. Ketika jauh dari rumah, kita mencari makanan rumahan," tulis Rufus. Tak heran jika restoran Indonesia di negeri orang ramai didatangi oleh mereka yang berdarah Indonesia.

Comfort food beda tipis dengan guilty pleasure. Pasalnya, kita menganggap bahwa mencari kenyamanan adalah hal memalukan, sementara membutuhkan kenyamanan membuat kita lemah. Rasanya malu jika sedang mengidamkan dessert atau gorengan karena kita merasa terlalu pintar untuk menginginkan junk food.

Comfort food juga dipengaruhi oleh budaya. Fried chicken, hamburger, dan es krim merupakan beberapa comfort food umum di Amerika. Di Indonesia, hangat dan lembutnya bubur ayam diyakini dapat menjadi obat bagi mereka yang sedang sakit. Selain itu, bakso, mie instan goreng, dan soto ayam juga banyak disebut sebagai comfort food. Apa comfort food versi Anda?

(dyh/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.

No comments:

Post a Comment