Thursday, September 6, 2012

Masakan Tapanuli Sentuhan Tionghoa-Korea


Bondan Winarno - detikFood Jakarta - Kita mengenal beberapa rumah makan masakan Minang milik orang-orang keturunan Tionghoa. Hampir semua rumah makan itu sukses menjaring pelanggan setia. Contohnya adalah RM Pagi Sore di Padang, dan RM Pondok Jaya di Jakarta Pusat.

Di Medan, sejak beberapa tahun belakangan muncul kehadiran dua rumah makan yang menyajikan masakan khas Tapanuli dan dimiliki oleh orang-orang keturunan Tionghoa. Kedua restoran ini langsung berhasil menjadi favorit masyarakat Medan.

Yang lebih unik lagi, salah satu dari kedua restoran itu malah dimiliki oleh seorang laki-laki dari Korea Selatan yang beristrikan seorang perempuan keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Porsea, Sumatra Utara. Mr. Choi, pemilik restoran ini, adalah seorang insinyur sipil yang selama 24 tahun bekerja di perusahaan konstruksi Korea Selatan membangun berbagai proyek besar di Indonesia, antara lain: PLTU Paiton di Jawa Timur, jalan layang di Jakarta, dan pabrik semen Bosowa di Sulawesi Selatan.

Melissa, istri Mr. Choi, memang pintar memasak. Hingga kini, dialah yang menjadi kapten di dapur On Do. Lokasi dan ambience On Do membuatnya jadi pilihan bagi para pejabat maupun pengusaha yang ingin membawa tamunya untuk mencicipi hidangan autentik Tapanuli.

Favorit saya di On Do adalah saksang ayam (sering disebut juga sebagai sangsang). Biasanya, masakan tradisional ini selalu dibuat dari daging dan lemak babi. Tetapi, On Do menyediakan versi ayam bagi mereka yang tidak makan babi baik karena agama maupun kesehatan. Karena saksang biasanya memakai gota (darah), di sini pun disediakan saksa ayam tanpa gota. Sajian inilah favorit saya akhir-akhir ini. Setiap kali ke Medan, pasti saya singgah ke On Do.

Ciri utama masakan saksang adalah aromanya yang harum khususnya dihasilkan oleh bahan-bahan aromatik seperti serai, daun jeruk, dan ketumbar. Ciri yang lain adalah pedasnya yang menggigit dan sangat unik. Pedasnya dihasilkan oleh andaliman (= tuba = Szechuan pepper) yang juga menciptakan karakter sangat unik terhadap masakan saksang ini. Seringkali juga ditambah cabe keriting maupun cabe rawit untuk memperluas spektrum rasa pedasnya dengan tarikan yang khas.

Saksang dimasak dengan kelapa parut yang disangrai, kemudian ditumbuk sampai keluar minyaknya. Cara memasak seperti ini juga dikenal di Makassar untuk membuat masakan pallu basa. Hasilnya adalah masakan dengan sedikit kuah kental yang amat gurih dan lemak.

Sajian lain yang sangat saya sukai di sini adalah ikan tombur atau sering juga disebut ikan na tinombur, yaitu ikan yang ditombur. Tombur dalam bahasa Batak berarti rebus. Padahal, di masa kini, sajian ini tidak melibatkan ikan rebus, melainkan ikan bakar atau goreng. Umumnya yang dipakai adalah ikan mas atau ikan mujair.

Bumbu-bumbunya ditumis, lalu disiramkan di atasnya. Agak mirip dengan cara penyajian pla rad prik (masakan khas Thailand populer), atau ikan bakar rica di Manado, tetapi jauh lebih gurih. Bumbu-bumbunya andaliman, bawang merah, kemiri, jahe, jeruk nipis ditumbuk halus dan mencuatkan rasa nutty yang sungguh gurih. Pedas-getirnya andaliman yang khas pun akan membuat lidah kita bergetar. Siak nai! Pedas sekali!

RM On Do

Jl. Pabrik Tenun 45

Medan

Telp: 061 4511508

(odi/odi) Punya makanan favorit saat Ramadan & Lebaran? Ceritakan dengan menarik & lengkap di sini . Raih Grand Prize Mixer Kitchen Aid untuk cerita yang paling banyak di LIKE.

No comments:

Post a Comment