Friday, November 9, 2012

Keragaman Produk Pangan Lokal Bisa Kurangi Impor Pangan


Dyah Oktabriawatie Waluyani - detikFood Jakarta - Konsumsi gandum setiap tahun terus meningkat. Demikian juga dengan beras yang menjadi makanan utama orang Indonesia. Dengan upaya penganekaragaman pangan lokal sumber karbohidrat, jumlah tersebut bisa dikurangi tanpa mengurangi nilai nutrisinya.

Indonesia diketahui masih mengimpor gandum yang jumlahnya terus meningkat. Hal ini terbukti dari banyaknya warga kota yang selalu mengonsumsi produk gandum setiap harinya. Sebenarnya masalah ini masih bisa diatasi mengingat Indonesia memiliki beragam olahan makanan sumber karbohidrat.

Seperti yang dilansir detikFinance (12/6/2012), Indonesia tercatat sebagai negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia. Pada bulan Mei lalu United State Department of Agriculture (USDA) melaporkan impor gandum Indonesia diprediksi mencapai 7,1 juta ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya hanya 6,7 juta ton.

Sedangkan sebuah penelitian yang telah di publikasikan oleh Kementrian Pertanian (Deptan), menunjukkan bahwa pada tahun 1999 jumlah konsumsi jagung dan ubi kayu menurun hingga 4,8% dan 28,6% untuk masyarakat perkotaan. Sementara di desa angka konsumsinya meningkat, untuk jagung mencapai 10,1% dan 39,8% untuk ubi kayu.

Rendahnya angka konsumsi jagung dan ubi kayu di kota menjadi penyebab meningkatnya angka impor pangan. Padahal angka ini bisa ditekan, mengingat banyak sekali ragam pangan berikut olahannya yang bisa dikonsumsi.

Potensi keanekaragaman hayati bisa digunakan sebagai bahan pangan pengganti gandum. Misalnya umbi-umbian seperti gayong, garut dan ubi jalar. Kandungan kalori di dalamnya juga lebih rendah dibandingkan nasi dan gandum, untuk ganyong sekitar 77 kalori, garut 252 kalori dan ubi jalar sebanyak 83 kalori.

Pada saatRagam Pangan dan Makanan Olahan Indonesia, Untuk Siapa?, yang berlangsung Kamis (08/11) Bondan Winarno, seorang ahli kuliner Indonesia/Pembina Yayasan KEHATI mengatakan,Saat ini masih banyak orang yang belum peduli dengan apa yang dimakan. Saya sendiri tidak makan nasi atau roti di rumah. Food combining justru lebih saya terapkan dirumah, mengganti nasi dengan umbi-umbian.

Dengan lebih banyak variasi produk pangan lokal sumber karbohidrat akan berdampak menurunnya jumlah konsumsi beras dan gandum. Pada akhirnya akan mengurangi jumlah impor bahan makanan tersebut.

(dyh/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.

No comments:

Post a Comment