Monday, November 5, 2012

Monk Fruit, Pemanis Alami yang Lebih Sehat Daripada Gula


Fitria Rahmadianti - detikFood Jakarta - Tingginya angka penderita diabetes dan obesitas memaksa kita mengurangi asupan gula. Padahal, pemanis membuat makanan dan minuman terasa lebih enak. Para ilmuwanpun terus mencari alternatif alami dari gula, salah satunya adalah monk fruit.

Monk fruit (Siraitia grosvenorii) dari Cina termasuk keluarga buah kundur. Buah ini dikenal dengan banyak nama, di antaranya luo han guo (atau kuo), buah arhat, buah Buddha, atau buah panjang umur. Bentuknya bulat dengan diameter 4-8 cm. Warnanya kuning kecokelatan atau hijau kecokelatan saat segar. Setelah dikeringkan, warnanya berubah menjadi cokelat.

Penamaan monk fruit atau buah biksu berawal dari abad ke-13. Tanaman buah ini terdapat di pinggir gunung yang terhindar dari sinar matahari langsung. Cara menanamnya hanya diketahui oleh sedikit biksu terpilih dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Karena itulah, buah ini disebut monk fruit.

Buah ini banyak dipakai sebagai pemanis. Konsentrat sari buahnya 150-300 kali lebih manis daripada gula. Makanya, dengan tingkat kemanisan setara gula, jumlah kalorinya bisa jauh lebih sedikit. Konsumsi monk fruit juga diketahui tidak menaikkan kadar gula darah. Ekstrak monk fruit dapat digunakan dengan campuran sukrosa, fruktosa, dan erythitol.

Monk fruit disebut-sebut sebagai saingan kuat stevia, sesama pemanis alami. Menurut situs Euromonitor International (21/05/12), keduanya biasa dipakai dalam produk baru, bukan menggantikan pemanis dalam produk yang sudah ada.

Namun, ekstrak monk fruit memiliki beberapa keunggulan dibanding stevia. Tidak ada rasa pahit yang tertinggal setelah mengonsumsi ekstrak monk fruit, sehingga pemanis ini lebih serbaguna.

Saat ini belum diketahui sisi negatif dari monk fruit. Food and Drug Administration Amerika Serikat sudah menilai buah dan ekstrak monk fruit aman dikonsumsi (GRAS, Generally Recognized As Safe). Namun, Eropa belum menyetujui penggunaan buah tersebut sebagai pemanis.

Para ilmuwan sedang meneliti kandungan antioksidan, polyphenol, dan senyawa mogrosida dalam monk fruit. Jika diketahui buah ini berkhasiat bagi kesehatan, maka monk fruit akan menjadi lebih dari sekadar pemanis.

Sayang, saat ini harganya masih dua kali lebih tinggi daripada stevia. Dengan potensi hebatnya, para ahli meramalkan bahwa ekstrak monk fruit akan dipergunakan secara luas jika harganya sudah terjangkau dan dipromosikan secara gencar.

Di beberapa negara, monk fruit mulai dipakai sebagai pemanis premium untuk es krim, minuman, atau sereal. Namun, di negara asalnya, monk fruit banyak digunakan dalam sup atau teh herbal sebagai obat tradisional. Selain dalam bentuk ekstrak, monk fruit juga dijual dalam bentuk kering.

Monk fruit paling sering dipakai untuk mengatasi kondisi tubuh yang berkaitan dengan suhu tinggi seperti demam. Selain itu, monk fruit juga diyakini dapat menyembuhkan sakit tenggorokan, batuk kronis, membantu pencernaan, pilek, serta sesak nafas.

(dyh/odi) Install Aplikasi "Makan di Mana" GRATIS untuk smartphone Anda, di sini.

No comments:

Post a Comment